Memanfaatkan Momen Libur Panjang Idul Adha 1444 Hijriyah / 2023 Masehi

Selamat Idul Adha 1444 H /2023

Merayakan Idul Adha 1444 H atau Hari Raya Kurban pasca Covid-19 tahun ini memang agak terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang saat itu masih dihantui dengan wabah Covid-19 yang menjadi momok masyarakat. Pada cuti lebaran tahun ini Pemerintah Pusat telah mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seiring dengan perubahan kondisi Covid-19 yang sudah mulai terkendali dari tahun 2022 lalu dan kabar gembiranya ada penambahan cuti bersama pada tahun ini yang semula hanya satu hari menjadi 2 hari yaitu H-1 dan H+1 yaitu pada hari Rabu tanggal 28 Juni dan Jumat 30 Juni 2023. Yang diputuskan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yaitu Menteri Agama (Menang), Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Republik Indonesia dengan pertimbangan guna peningkatkan mobilitas masyarakat, pertumbuhan ekonomi, pariwisata serta memberikan kesempatan kebersamaan anak dan orang tua pada saat libur sekolah maka dilakukan penyesuaian atas Libur Nasional dan Cuti Bersama. 


Kabar ini tentu disambut baik oleh para ASN juga para pekerja, karyawan maupun pegawai kantoran, pejuang-pejuang nafkah lainnya yang mencoba peruntungan di tempat lain dan masyarakat pada umumnya yang merupakan kado spesial lebaran Idul Adha 1444 H di tahun 2023 ini lantaran banyak kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga tercinta dengan penuh sukacita sehingga membuat hidup terasa lebih berwarna, bermakna karna lebih khusuk menjalankan momen spesial tersebut. Sebagaimana diketahui, tahun ini libur lebaran berada di penghujung bulan, yang persis bertepatan dengan libur akhir pekan sehingga bila diakumulasi cuti bersama dan hari Libur Nasionalnya menjadi terbilamg akhir pekan yang cukup panjang (long weekend). 

Anjuran Berhaji, Berkurban dan Puasa Hari Arafah

Hari Raya Idul Adha adalah hari dimana umat muslim seantero dunia turut merayakanya, di satu sisi bagi yang mampu secara finansial dan fisik wajib untuk melakukan ibadah Haji ke tanah suci Mekkah yang merupakan rukun Islam yang ke-5, di sisi lain dapat melakukan ibadah kurban dengan menyembelih hewan kurban sebagai ajang berbagi dengan sesama, dan dianjurkan pula puasa arofah pada tanggal 9 Dzulhijah sehari sebelum lebaran Idul Adha bagi yang tidak menunaikan ibadah haji di Mekkah agar mendapatkan keutamaan yang begitu besar yaitu dapat menghapus dosa selama 2 tahun dengan rincian dosa 1 tahun sebelum dan 1 tahun sesudah. 

Rasulullah SAW bersabda "Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa satu tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu," (HR Muslim).


Nabi Muhammad SAW dalam hadits juga telah mengingatkan umatnya tentang perintah berkurban. Adapun bunyi haditsnya adalah sebagai berikut :

عَنْ َأبِي هُرَيْرَة: َأنَّ رَسُوْل اللهِ صلى الله عليه وسلم قال : مَنْ كَانَ لهُ سَعَة وَلمْ يَضَحْ فَلا يَقْربَنَّ مُصَلَّانَا (رواه احمد وابن ماجه)

Artinya: "Dari Abu Hurairah, "Rasulullah SAW telah bersabda, barangsiapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami," (HR Ahmad dan Ibnu Majah).

Haji merupakan bagian dari rukun Islam ke-5, dari Ibnu Umar ia berkata:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم «بُنِيَ الإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ

Artinya: "Nabi SAW bersabda: "Islam itu didirikan atas lima perkara. Yaitu, bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan." (HR. Muttafaq 'alaih).


Surat Edaran Bupati Lampung Barat Tentang Perubahan Atas Surat Edaran Bupati Nomor 060/172/09/2023 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023
Surat Edaran Bupati Lampung Barat Tentang Perubahan Atas Surat  Edaran Bupati Nomor 060/172/09/2023 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023

Dengan momen libur panjang, kita dapat menikmati pelbagai aktivitas menarik bersama teman-teman dan keluarga. Berbagai cara dilakukan untuk mengisi liburan hari raya Idul Adha, salah satunya adalah dengan mudik atau pulang kampung atau mengunjungi destinasi-destinasi wisata di kota Mu. Seperti yang kami lakukan pada tahun ini dalam memanfaatkan cuti bersama, yang awalnya tidak ada niatan untuk bepergian namun setelah ada perubahan jadwal Cuti Bersama dan Libur Nasional, alhasil kami putuskan untuk mudik pasalnya jarang sekali momen liburan panjang Idul Adha seperti tahun ini. 

Bagi para perantau seperti kami mudik merupakan salah satu cara yang paling jitu untuk mengobati kerinduan terhadap kampung halaman. Dengan cara ini, kita bisa mengisi waktu sekaligus berlibur bersama keluarga. Selain itu, kita juga bisa mengunjungi tanah kelahiran dan bertemu serta berkumpul kembali dengan handai taulan dan teman-teman lama dan sejawat di sana. Hal ini pasti akan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Selain sebagai ajang silaturahim, juga dapat memberikan kesempatan untuk berbagi kebahagiaan bersama keluarga, bisa menjadi kesempatan untuk mempererat silaturahim antar keluarga. Dengan saling berkunjung, bertemu dengan keluarga besar yang tentunya akan membuat suasana lebih bermakna. Oleh karena itu, manfaatkanlah cuti bersama untuk berlibur atau mudik guna mengunjungi keluarga terdekat, mempererat dan memupuk tali silaturahim yang selama ini serasa sedikit hambar akibat jarak dan waktu yang memisahkan. 
Bendungan Perjaya Martapura yang Mengairi Persawahan di OKU Timur dan sekitarnya

Pulang kampung, hmmm..., setiap orang pastilah punya cerita masing-masing saat mudik ke kampung halaman. Tak dipungkiri, ada yang menikmati kembali momen berkumpul, ada pula yang gembira melihat desa tercinta yang membangkitkan kembali kenangan-kenangan indah masa lalu yang hampir terlupakan. Mudik bisa jadi menjadi obat mujarab dan bagian napak tilas kehidupan dari petualangan yang menarik pada masa lalu. Suasana desa kental terasa, jalanan yang menuju kampung, pemandangan yang asri, sejauh mata memandang dihiasi bentangan alam berupa hamparan persawahan nan hijau yang tak jemu memandangnya. Gemericik dan deru suara air irigasi mengairi persawahan yang ada di sekitarnya, tak hanya itu masyarakat kampung yang bersahaja menjadi pemandangan dan terapi tersendiri serta  menjadi sebuah perjalanan yang bermakna. Momen ini terkadang menjadi momen yang dinanti-nantikan oleh setiap orang. Setelah bertahun-tahun merantau demi secercah harapan untuk menggapai hidup yang lebih baik, meninggalkan desa tercinta bertahun-tahun yang telah membersarkannya. Sekarang inilah momen yang telah sekian lama dinanti-nantikan untuk bersilaturahmi kembali dan bersyukur atas segala nikmat Allah SWT yang telah diberikan-Nya. 

Seperti yang kami lakukan pagi itu, kami bergegas bertolak dari Liwa ke kampung halaman di OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan setelah semalaman kami mengemas perbekalan yang akan dibawa untuk persiapan mudik. Sebagai informasi, rute jalan yang kami lalui adalah melalui ruas jalan Jalur Lintas Barat Sumatera yaitu melalui ruas jalan Muaradua OKU Selatan-Martapura OKU Timur. Atau bisa juga melalui Jalan Lintas Tengah Sumatera ruas Liwa-Martapura via Bukit Kemuning, Baradatu Kabupaten Way kanan dan seterusnya sampai di Martapura OKU Timur. Namun opsi pertama jaraknya lebih pendek ketimbang opsi yang kedua menurut cerita teman-temanku yang kebetulan berasal dari Belitang, Baturaja, Martapura dan sekitarnya, mereka biasa melintasi jalan tersebut diperkirakan bisa mencapai 1 jam-an selisihnya. Dari Martapura Kabupaten OKU Timur ke arah kampung kami sudah tidak terasa jauh lagi, hanya puluhan atau bahkan belasan kilometer saja tiba di  sana. 
Danau Ranau
Danau Ranau dan Gunung Seminung Kabupaten OKU Selatan

Singkatnya perjalanan kami, dimulai dari Kota Liwa, yang terletak di Kabupaten Lampung Barat dimana kami tinggal dan mencari nafkah dan penghidupan di sana. Memasuki perbatasan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten OKU Selatan. Daerah ini dikenal dengan pemandangan alam nan eksotis seperti Danau Ranau dan Gunung Seminung yang cukup terkenal yang merupakan salah satu destinasi wisata Nasional yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Danau Ranau yang berada di kaki Gunung Seminung ini yang menjadi batas wilayah antara Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung. Perjalanan di wilayah ini menawarkan pemandangan nan hijau  yaitu lahan pertanian dan perkebunan seperti kopi, Jagung, kelapa sawit, padi, dan tanaman palawija lainnya serta sebagian tanaman karet dan sebagian hutan konservasi marga satwa serta melintasi dua sungai besar yaitu sungai Ogan dan sungai Komering yang membelah sebagian OKU Selatan dan OKU Timur. Aliran kedua sungai ini bermuara ke sungai Musi. Serta topografi alamnya ada yang berbukit dan pegunungan. Hamparan persawahan yang luas menghijau. Kalau kita mau, dapat beristirahat barang sejenak sambil menikmati pemandangan dalam perjalanan. Meskipun demikian, pengendara perlu ekstra hati-hati meskipun kondisi jalan pada umumnya mulus namun karena kondisi jalan yang berkelok-kelok dan sedikit naik turun bukit, dan ada beberapa titik bahu jalan yang longsor yang telah dipasang tanda rambu peringatan lalulintas 'hati-hati' maka bila pengendara yang belum paham medan disarankan untuk tetap berhati-hati dan waspada, saat melintas  di ruas jalan tersebut. Kemudian ada sedikit perbaikan jalan pada beberapa ruas jalan tepatnya di Desa Tunas Peracak Kecamatan Bunga Mayang OKU Timur. Karena pada saat itu masih terdapat sejumlah lubang yang menunggu proses pekerjaan perbaikan tambal sulam jalan (patching).

Vidio gambaran estimasi (+ -) rute jalan yang akan dilalui

Setelah melewati perbatasan dua provinsi, perjalanan akan melintasi wilayah Kabupaten OKU Selatan. Merangkum dari berbagai sumber, kabupaten ini memiliki kekayaan budaya yang kaya dan beragam suku atau etnis terdiri dari 6 etnis besar di Kabupaten OKU Selatan yang beribukota Muaradua yang hidup rukun berdampingan yaitu suku Semende, suku Basemah (Kisam), dan suku Daya (Komering Daya), Suku Ranau, Suku Haji dan Suku Ogan serta suku-suku lainnya seperti suku Jawa, Padang dan suku-suku yang ada di Nusantara lainnya. 
Tugu Belitang BK 10 Gumawang
Tugu Pangan Mandiri Kecamatan Belitang BK 10 Kabupaten OKU Timur

Rest Area Taman Gisting KabupatenTanggamus

Sementara di Kabupaten OKU Timur  yang beribukota Martapura didiami oleh penduduk dengan beragam etnis dengan penduduk asli yaitu suku Komering kemudian ada suku Jawa, Ogan, Bali dan sejumlah suku lainnya yang ada di Nusantara meskipun demikian mereka hidup rukun damai berdampingan, penuh kekerabatan dan kekeluargaan.

Perjalanan ini tidak hanya menawarkan keindahan alam yang menyimpan pesona. Perjalanan ini akan melintasi perbatasan 2 provinsi yaitu Lampung dan Sumatera Selatan. Di sini, kita akan mendapati perbatasan alam yang memisahkan Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan. Perjalanan di daerah ini akan memberikan pengalaman unik karena menyaksikan dua provinsi sekaligus dalam satu perjalanan yang kaya akan etnis, budaya dan adat istiadatnya selain suguhan alamnya.
Gerbang Tol Trans Sumatera Ruas Simpang Pematang Kab. Mesuji

Setelah berlebaran beberapa hari di kampung di OKU Timur, tiba giliranya kami bertolak ke kampung halaman orang tua kami di Gisting Kabupaten Tanggamus karena sudah menjadi tradisi dan komitmen bersama sepanjang tahun pada momen lebaran untuk senantiasa selalu mengunjungi kedua orangtua kami. Namun untuk menuju Gisting Kabupaten Tanggamus, harus singgah dahulu di Bandar Lampung, kali ini memilih menggunakan Gerbang Tol ruas Simpang Pematang perbatasan Kabupaten OKI dan Kabupaten Mesuji menuju Gerbang Tol ruas Natar Lampung Selatan. Sebagai informasi untuk ke Bandar Lampung dari tempat kami berada banyak pilihan jalan yang bisa ditempuh, pertama bisa melalui Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas jalan Simpang Pematang-Natar/Kota Baru, kedua bisa melalui jalan Trans Sumatera Lintas Timur ruas jalan Dabuk Rejo OKI-Rajabasa Lampung, ketiga bisa juga melalui Trans Sumatera Lintas Tengah ruas jalan Martapura OKU Timur-Rajabasa Lampung. Kami memilih opsi yang pertama, yang menurut asumsi kami jarak tempuhnya akan terasa lebih dekat, relatif aman dan nyaman dari gangguan dan ancaman Kamtibmas (keamanan dan ketertiban  Masyarakat) dan jalurnya relatif tidak begitu padat alias lancar hanya di momen-momen tertentu saja serta kondisi jalannya mulus praktis akan mempersingkat jarak tempuh dan waktu perjalanan menjadi terasa semakin dekat dan singkat serta nyaman dan aman.
Singkat cerita setelah bermalam beberapa hari di Gisting Tanggamus tibalah saatnya kami harus pamit untuk balik kembali menuju Liwa meneruskan denyut nadi kehidupan di sana. Seperti biasa seperti tahun-tahun sebelumnya, kami menempuh jalan Trans Sumatera Lintas Barat ruas jalan Kota Agung Tanggamus-Liwa Lampung Barat yang jarak tempuhnya lebih dekat ketimbang melalui jalan lintas tengah. Bila ditarik garis akan membentuk sebuah lingkaran penuh 360 derajat hampir separuh wilayah pinggiran Provinsi Lampung sebagian Provinsi Sumsel yang telah kami tempuh dalam perjalanan mudik.
Namun kali itu tidak sesuai rencana awal, karena tidak jadi melalui jalur Trans Sumatera ruas jalan Lintas Barat (Jalinbar) pasalnya saat itu cuaca terbilang kurang bersahabat, dari kejauhan tempat kami tinggal nampak sekali mendung dan kabut hitam menyelimuti sebagian Kota Agung dan sekitarnya, oleh karenanya kami tidak berani berspekulasi mengambil resiko maka kami memutuskan untuk memutar balik kendaraan walau harus menempuh sedikit lebih jauh jarak dan waktu tempuhnya karena melewati jalan Trans Sumatera ruas jalan Lintas Tengah karena khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Apalagi baru-baru ini kondisi jalan di jalur Jalinbar tersebut dilanda banjir bandang dan tanah longsor yang menerpa di Kecamatan Semaka, Tanggamus, kejadiannya pada hari H Idul Adha 1444 H kemarin. Melansir pemberitaan dari media online setempat, akibat diguyur hujan hampir semalaman dengan intensitas cukup tinggi yang mengakibatkan sungai terbesar di kabupaten itu yakni Way Semaka dan sungai-sungai kecil lainnya meluap sehingga tidak dapat menampung limpahan debit air bah dan tanah longsor dari hulu sungai maka terjadi banjir bandang yang materialnya memenuhi Jalinbar hingga merendam pemukiman warga serta merusak fasilitas umum lainnya dan setidaknya tercatat ada 11 rumah warga terdampak. Namun saat itu kondisinya sudah kembali normal karena telah ditangani secara cepat oleh pemerintah daerah setempat dan akses Jalinbar sudah mulai normal bisa dilalui oleh kendaraan baik roda 2 dan 4 kembali. 

Situasi Jalan Lintas Tengah Sumatera

Tidak seperti hari-hari biasa di momen lebaran Idul Adha 1444 H pada H+4 lebaran tepatnya pada hari Minggu, 2 Juli 2023.  Pagi itu kami beranjak pulang menuju Liwa Lampung Barat, kondisi jalan mulai tampak padat oleh kendaraan arus balik, baik dari lajur kanan maupun lajur kiri dibandingkan hari-hari lain karena para pemudik yang berprofesi pekerja kantoran sudah mulai masuk kerja di hari Senin 03 Juli 2023, untungnya tidak terjadi kemacetan lalulintas yang mengular. Memang ada beberapa titik kemacetan yang sempat beberapa menit terhenti namun penyebabnya berasal dari adanya pekerjaan patching jalan (tambal sulam) di beberapa ruas jalan Nasional yang tingkat kerusakan tidak begitu parah tepatnya berada di Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah tak lama saat kendaraan kami keluar dari pintu Gerbang Tol Terbanggi Besar melewati jalan lintas tengah. Namun demikian secara umum semuanya bisa diatasi dan diurai dengan baik berkat pengaturan lalulintas dari para petugas dan pekerja proyek jalan yang kami lalui tersebut. Alhamdulillah kondisi jalan lancar meski kondisinya padat ramai oleh kendaraan yang didominasi pemudik arus balik akan tetapi sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam perjalanan arus balik kepulangan kami menuju Liwa, Lampung Barat dimana tersimpan sejuta cita dan asa untuk terus melangkah ibarat denyut nadi kehidupan harus tetap berjalan. Namun, bagaimanapun jauh perjalanan mudik selalu memiliki cerita yang berkesan, semua kelelahan akan terbayarkan dengan cinta, dan kehangatan yang tulus yang didapat dari keluarga di kampung halaman.                                 
                        (**Selesai**)


Memasuki gerbang Taman Nasional Bukit Barisan. Foto: Sigit Wahyu | Bobo.ID

https://www.corat-coretantanganregasaputra.blogspot.com


Comments

Popular posts from this blog

Kisah Perjalanan Mudik Lebaran by rega

Tips Menghilangkan Rasa Pahit pada Daun Pepaya Ala Orang Tua Zaman Dahulu (Zadul)

JAUHILAH KEBIASAAN MENGUMPAT ATAU MENGGUNJING

Mencari Ridho Allah SWT vs Mencari Ridho Manusia

Akhir Hayat Manusia Ditentukan Oleh Kebiasaannya

PERINGATAN ISRO’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI TPA AL-BAROKAH

Muli Mekhanai dan Duta Kopi Lampung Barat 2015

Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat periode 2012-2017