Persiapan Kota Liwa dalam Menyongsong Adipura Tahun 2010


D

alam menyongsong adipura tahun 2010 masyarakat Ibukota Liwa Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat bahu membahu berbenah mempercantik dan memperindah wajah kota. Tampak di beberapa sudut kota masyarakat antusias sekali menyambutnya, terlihat dari partisipasi masyarakat khususnya masyarakat kelurahan Way Mengaku dan Pasar liwa yang merupakan kelurahan yang berada di pusat kota Kabupaten. Namun ditengah upaya kerja keras pemda dan masyarakat setempat masih ada sebagian kecil masyarakat yang skeptis dan ber-stigma buruk atas upaya dan kerja keras dalam meraih Adipura.
Sementara masyarakat yang optimis partisipasinya tampak sekali, dengan bergotong royong mereka menanam sendiri pohon-pohon pelindung yang dibagikan oleh Pemerintah Daerah (pemda) setempat dan juga menjaga dan merawat tanaman (pohon) pelindung yang telah ada. Demikian pula drainase-drainase (saluran pembuangan air) yang ada di setiap lingkungan tampak bersih dan terjaga dari sampah-sampah yang mengotori dan menggenangi selokan.
Sebelum dicanangkan Adipura kondisinya saluran air banyak tersumbat dan tak terawat dengan baik, bila hujan tiba sampah menggenangi saluran air yang menyebabkan mampat, merupakan pemandangan dan suguhan sehari-hari. Nuansa antusiasme masyarakat juga kental sekali terasa pada hari-hari Jumat sebab sebagian besar masyarakat Liwa melaksanakan Jumat bersih dengan jalan kerja bakti secara bergotong royong di lingkungannya masing-masing, membersihkan lingkungan sekitar rumah, memisahkan sampah plastik, kaleng, kertas, kaca, kain bekas dan limbah anorganik dalam satu wadah sebelum dibuang ke TPS, menjadikan sampah daun dan limbah rumah tangga lainnya (sampah organik) untuk dijadikan kompos, membersihkan sarana kebersihan yang ada serta memperindah lingkungan sekitar tempat tinggal dengan menanam dan merawat tanaman hias, serta melakukan pengecatan pagar-pagar pekarangan rumah dengan cat atau warna putih agar tampak bersih dan seragam. Begitupun bagi yang belum memiliki pagar mereka membuat pagar dari bambu yang merupakan himbauan dari instansi pemerintah setempat. Tak ketinggalan juga di Kantor-kantor Instansi baik Pemerintah, swasta dan BUMN menyediakan box sampah (garbage can) organik, unorganik serta box sampah khusus Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dibagikan oleh pemda setempat dan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup RI Tahun Anggaran 2010 sumber dana DAK (Dana Alokasi Khusus)Lingkungan Hidup (LH), tujuannya tidak lain agar sampah-sampah dapat dipilah-pilah dan di daur ulang agar dalam pembuangan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), sampah-sampah tidak berbahaya bagi lingkungan (ramah lingkungan). Demikian pula ruang terbuka hijau (kolam ikan Hamtebiu) juga terjaga dan terawat dengan baik yang berada tidak jauh dari pusat kota Liwa.
Piala Adipura merupakan piala sangat bergengsi (prestisius)dan kebanggaan masyarakat dan pemerintah, sangat diidam-idamkan sekali oleh seluruh Kabupaten/Kota se-Indonesia. Untuk memperoleh predikat clean and green city (kota bersih dan teduh lagi hijau).

P

ada prinsipnya Adipura merupakan sebuah sarana perubahan prilaku hidup sehat untuk lebih mencintai lingkungannya. Untuk itu diperlukan komitmen dan jalinan kerjasama yang sinergis dan konstruktif yang saling mendukung diantara stakeholder yang ada untuk menyamakan visi dan misi serta meluruskan kembali persepsi tentang penyelenggaraan Adipura tersebut. Jika hal ini dapat dicapai disertai komitmen dan tekad yang kuat "tidak setengah hati" diantara seluruh lapisan serta "aparatur pemda" bukan mustahil penghargaan Adipura dapat diraih dan diwujudkan bersama. Untuk itu eksistensi peran seluruh stakeholder yang ada dalam mendukung pencapaian tujuan sebagaimana mestinya tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena apa jika salah satu saja, ada yang tak mendukung (tidak saling mendukung diantara stakeholder) atau hanya setengah hati saja dalam menjalankan visi misi maka dapat dipastikan program adipura akan jalan ditempat. Dan tentu harapan tinggal harapan akan "Jauh panggang dari api". Oleh karenanya dituntut peran semua stakeholder yang ada harus sinergis konstruktif yang saling mendukung dalam satu team work yang solid untuk bekerja sama secara optimal dan profesional dalam mewujudkan tujuannya (achieving goals through solid team work).

Dibagi Dalam Beberapa Katagori


S

ebagaimana kita ketahui peserta Adipura dibagi menjadi 4 katagori, pengkatagorian tersebut berdasarkan jumlah penduduk kabupaten / kota yaitu 1. Kota Metropolitan (>1.000.000 jiwa), 2. Kota Besar (500.001-1.000.000 jiwa) 3. Kota Sedang (100.001-500.000 jiwa) dan 4. Kota Kecil (20.001-100.000 jiwa). Adapun kriteria penilaian dibagi menjadi 2 yaitu meliputi fisik dan Non fisik. Adapun untuk non fisik memiliki bobot nilai 25% terdiri dari atas institusi kelembagaan manajemen dan partisipasi masyarakat dan untuk Fisik bobot nilainya mencapai 75%. Adipura merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat.
Katagori Kota Kecil dinilai dari beberapa aspek antara lain aspek kebersihan, keindahan dan tata kotanya. Obyek penilaian pada 3 bidang penting dalam Penanganan Sampah agar ramah lingkungan yakni : 1. Bidang Daur Ulang (recyle), 2. Bidang Pengurangan Sampah (reduce),3. Bidang Penggunaan Kembali (reuse)(sumber : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 99 tahun 2006 tentang Program Adipura). Program Adipura hendaknya dijadikan sebagai pendorong bagi pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kota bersih dan teduh/hijau. Program Adipura ini murupakan program dinamis bukan statis sehingga dalam pelaksanaannya secara terus menerus dilakukan perbaikan secara menyeluruh khususnya pada titik-titik pantau yang akan dinilai. Hal ini bertujuan bagaimana kita akan mengenalkan budaya bersih terhadap lingkungan sejak dini sehingga program ini mempunyai makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan (science)berbagai norma, kaidah serta etika yang dapat menjadi landasan fundamental (dasar) manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)yang berwawasan lingkungan. Adipura merupakan sebuah penghargaan (reward) bagi kota di Indonesia yang mempunyai keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta penerapan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance). Penghargaan Adipura diselenggarakan satu tahun sekali oleh Kementerian Negara Lingkunga Hidup Republik Indonesia, diberikan kepada Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria dan mempunyai perangkingan nilai paling unggul dari Kabupaten/Kota lainnya berdasarkan komponen penilaian yang telah ditentukan.
Maksud, Tujuan dan Sasaran dalam Penyelenggaraan Adipura
Seperti diketahui tujuan penyelenggaraan Adipura menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 99 tahun 2006 tentang Program Adipura dijelaskan maksud, tujuan dan sasaran penyelenggaraan program Adipura. Penyelenggaraan Adipura dimaksudkan untuk mencapai tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan lingkungan hidup yang baik (good environment).
Adapun penyelenggaraan Adipura bertujuan mendorong pemda dan masyarakat dalam mewujudkan kota yang bersih dan teduh dengan menerapkan prinsip-prinsip tata ke pemerintahan yang baik. Sementara sasaran yang hendak dicapai dalam Penyelenggaraan Adipura adalah kota yang bersih dan teduh (clean and green city), pemda yang mampu dan efektif serta masyarakat yang partisipatif dalam pengelolaan lingkungan perkotaan.

Himbauan dari Pemda Setempat Terkait Adipura


U

paya kerja keras dari pemda setempat tampak dari Himbauan yang dikeluarkan dinas terkait dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan (BLHKP)Kabupaten Lampung Barat dalam rangka meraih Adipura antara lain mengelurkan himbauan kepada masyarakat untuk bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar rumah masing-masing, memisahkan sampah plastik, kaleng, kertas, kaca, kain bekas dan limbah anorganik dalam satu wadah sebelum dibuang ke TPS, menjadikan sampah daun dan limbah rumah tangga lainnya untuk menjadi kompos di rumah masing-masing, menanam, memelihara, menjaga dan memperhatikan tanaman yang ada di trotoar dan median jalan serta di halaman rumah masing-masing, tidak membakar dan membuang sampah ke badan jalan dan saluran/drainase, merawat dan memelihara sarana kebersihan yang ada serta memperindah lingkungan sekitar tempat tinggal dengan menanam dan merawat tanaman hias.

Kurangnya Kesadaran Masyarakat Dalam Menjaga Lingkungannya


Upaya kerja keras tersebut bukan hanya untuk mendapatkan sekedar sebuah piala tropi tapi lebih dari itu sejatinya adalah untuk membudayakan dan membumikan kebiasaan hidup sehat yang dimulai dari lingkungan sendiri. Namun sangat disayangkan sekali masih ada sebagian kecil masyarakat berstigma negatif serta skeptis terhadap upaya dan kerja keras pemda dalam meraih adipura. Mereka memandang hanya menguntungkan para pejabat pemda saja sementara masyarakat mendapatkan apa. “Yang punya nama kan pejabat saja, yang kerja keras masyarakat, jadi untuk apa kita susah payah mendukung dan mensukseskannya, apa mungkin Liwa bisa mendapatkan piala Adipura masyarakatnya saja banyak pendatang, “demikian ujar sebagaian masyarakat yang berpikiran sempit dan tak mau peduli serta kurang rasa memiliki (sense of belonging). Asumsi atau pola pikir semacam itu harus dibuang jauh-jauh dari benak kita marilah kita bersama-sama (baik pribumi dan non pribumi/pendatang) untuk menyatukan arah tujuan, visi dan misi demi kemajuan pembangunan Kota Liwa. Pepatah atau pribahasa Inggris mengatakan, "When in Rome, do as the romans do (ketika anda di negeri roma, kerjakan sebagaimana kamu penduduk roma," kata bijak tersebut mengisyaratkan kepada diri kita dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung ini memberikan pengaruh signifikan terhadap prilaku diri kita. Karena sejatinya penyelenggaraan program adipura bukanlah bagaimana mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat namun lebih dari itu program adipura merupakan penstimulus motivasi kita untuk selalu berupaya dan berupaya menciptakan lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan, kesejukan dan kenikmatan hidup bagi masyarakat banyak. Karna harus disadari dan dipahami dengan lingkungan sehat dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Jika dikaitkan dengan agama di dalam Islam mengajarkan kepada kita untuk supaya hidup sehat sebagai mana sabda Nabi SAW yang artinya :
”Sesungguhnya Allah Ta’ala adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi)
Hadits di atas menunjukkan bahwa kebersihan merupakan sesuatu yang dicintai Allah SWT. Maka dari itu ungkapan pribahasa Arab” Kebersihan Sebagian Dari Iman” itu sebagai ungkapan yang baik atau Islami karena ada dasarnya dalam Islam yaitu hadits riwayat Tirmidzi di atas. Ungkapan itu dapat diberi arti, bahwa menjaga kebersihan segala sesuatu merupakan bukti atau buah keimanan seorang muslim, karena dia telah beriman bahwa Allah SWT adalah Dzat Yang Mahabersih.
Adapun dalam jangka panjang, bila kebersihan lingkungan dapat dipertahankan dan berkelanjutan serta berkesinambungan yang memperoleh manfaat terbesar tentunya adalah masyarakat serta anak cucu kita nantinya bukan para pejabat pemda yang notabanenya adalah pengabdi dan pelayan (public servant)masyarakat. Mari kita hilangkan kultur cara kerja feodal, namun tetap menumbuhkan loyalitas, tanamkan selalu, "Apa yang bisa saya berikan kepada masyarakat bukan apa yang bisa saya dapat dan sebaliknya apa yang bisa dikontribusikan oleh masyarakat dan bukan apa yang bisa di dapat oleh masyarakat," demi kemajuan pembangunan Liwa secara menyeluruh. Harapan kita untuk menjadi clean and green city yang selalu diidam-idamkan seluruh Kabupaten/Kota se-Indonesia bukan sekedar harapan semu (dumy) saja tapi akan menjadi asa (harapan) seluruh warga Liwa untuk mewujudkannya. Namun itu semua tergantung kembali kepada kita. Kendati pun kita telah berupaya keras namun tanpa dukungan seluruh elemen masyarakat terkait berserta "aparatur pelaksananya" (pemda), itu semua tidak akan membuahkan hasil yang berarti bila masyarakatnya saja tak mau peduli (uncare) dan tak turut bertanggung jawab (unresponsible) dan apatis (bersikap masa bodoh)serta kurangnya rasa memiliki (sense of belonging) terhadap kota ini. Jika lingkungan kotor tentu disitu akan berhinggapnya segala macam penyakit yang suatu saat akan menjangkiti orang-orang yang berada disekitarnya. Kalau sudah begini lebih besar biaya yang akan dikeluarkan untuk tindakan kuratif (pengobatan). Oleh karenanya sebelum terlambat marilah kita lakukan upaya preventif dengan jalan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing agar terhindar dari segala macam penyakit yang disadari atau tidak akan mengancam jiwa kita.
Marilah mulai dari sekarang, dari diri kita sejak hari ini, kita perangi sampah di lingkungan kita masing-masing agar tercipta lingkungan yang sehat agar kualitas hidup dan kehidupan kita juga meningkat.

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Perjalanan Mudik Lebaran by rega

Tips Menghilangkan Rasa Pahit pada Daun Pepaya Ala Orang Tua Zaman Dahulu (Zadul)

JAUHILAH KEBIASAAN MENGUMPAT ATAU MENGGUNJING

Mencari Ridho Allah SWT vs Mencari Ridho Manusia

Akhir Hayat Manusia Ditentukan Oleh Kebiasaannya

PERINGATAN ISRO’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI TPA AL-BAROKAH

Muli Mekhanai dan Duta Kopi Lampung Barat 2015

Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat periode 2012-2017