catatan kecil perjalanan


MUDIK LEBARAN
By Rega

Bila lebaran tiba biasanya para perantau dari kota pergi mudik (pulang kampung). Mereka ingin bersilaturahmi dengan orang tua,sanak famili,dan seluruh kerabat di kampung. Mereka ingin berjiarah ke makam leluhurnya. Dan merekapun ingin bercengkerama, mengenang masa lalu bersama teman sejawat, sahabat karib dan seluruh handai tolan lainnya yang berada di kampung. Untuk melaksanakan hajatnya itu tentu mereka memanfaatkan waktu libur yang ada sebaik-baiknya. Begitupun juga aku, lebaran Idulfitri 1430 H / 2009 M kemarin merupakan hal yang terindah dan tak dapat ku lupakan serta membekas di relung hati yang paling dalam mengapa tidak? Pasalnya lebaran tahun tersebut (tahun 2009) kami sekeluarga berkesempatan silaturahmi bersama anak dan istri mudik kampung halaman. Lebaran tahun lalu (tahun 2008) kami tak mudik ke kampung halamanku karena tahun itu memang giliran kampung istriku yang harus dikunjungi. Maklumlah setelah berkeluarga aku harus bisa membagi dan memenuhi rasa keadilan kedua belah pihak keluarga besarku agar tak dikatakan berat sebelah, semuanya harus dapat kesempatan yang sama untuk dikunjungi.

Namun kali ini ada perasaan yang berbeda sekali, very home sick home dan sangat berkesan, mengapa? Sebab tak seperti tahun 2008 lebaran tahun 2009 aku telah resmi menjadi seorang bapak dari seorang anak laki-laki yang bernama Abdullah Hamas Rifai, hasil pernikahan ku dengan istri yang bernama Nurita Yulia. Si kecil biasa dipanggil dengan panggilan Hamas, lahir bertepatan pada bulan Ramadhan 1429 H/2008 M tahun lalu tepatnya tanggal 25 September 2008, dan usianya sekarang telah genap setahun lebih beberapa hari. Aku dikarunia oleh Allah SWT seorang anak yang lucu dan sehat, mudah-mudahan kelak dapat menjadi anak yang sholeh. Amin ,”doaku di dalam hati.
Perjalanan Mudik

Pagi itu udara cukup cerah walau sedikit ditutupi kabut, namun rona mentari pagi yang berwarna kuning keemasan masih dapat menembus bumi seakan menyapa dan menyambut pajar yang akan siap menyingsing. Ketika itu kami bergegas untuk menyiapkan peralatan buat mudik. Mulai dari pakaian, makanan ringan hingga tak lupa perabot si kecil. Memang dari sehabis sahur kami tak tidur lagi untuk menyiapkan peralatan yang hendak dibawa keesokan harinya untuk mudik. Selepas sahur istriku sibuk menyiapkan peralatan dan perlengkapan sementaru aku ikut membantu apa saja yang dapat aku lakukan. Usai menyiapkan peralatan tak terasa jam telah memasuki fajar yang ditandai dengan alarm imsak dan tak lama lagi azan shubuh berkumandang. Makai kamipun segera menunaikan shalat subuh. Aku shalat berjama’ah di TPA / Surau kecil kebetulan dekat dengan tempat tinggalku hanya berjarak belasan meter saja dari kediaman rumah kami sementara istriku memilih shalat di rumah. Karena yang aku dengar dari murobiku sebaik-baiknya shalat bagi wanita adalah shalat di rumah. Usai shalat tak terasa fajar menyingsing hari telah menjelang siang, maka kami pun bergegas untuk berangkat kantor Karena hari itu adalah hari terakhir masuk kantor. Si kecil sepertinya tak mau ketinggalan, tau kalau pada hari itu ia akan dibawa ayah dan ibunya mudik ke kampung halaman ayah dan neneknya yang nun jauh disana. Ternyata pagi itu tak biasanya si kecil telah beranjak bangun melihat hal tersebut lalu tak lama kemudian dengan sedikit bersenda gurau dengan si kecil, istriku segera memandikannya walau ada yang momong (pembantu rumah tangga) namun tugas memandikan dan memberikan makan si kecil seperti biasa tetap dilakukan oleh istriku. Lebaran tahun ini adalah hal yang pertama kali si kecil pulang ke kampung halaman ayah dan neneknya, sementara di kampung istriku sudah sering kali, kami melakukan perjalanan kesana dalam berbagai kesempatan dan acara keluarga disana.

Sepulang dari kantor dan usai shalat zuhur di Masjid yang tak jauh dari kantorku kira-kira pukul 12.30 WIB aku tiba di rumah. Tak lama kemudian ponsel ku berdering ternyata datangya dari loket mobil Travel yang telah aku pesan dari jauh-jauh hari agar tidak kehabisan tiket. “Pak betul ini no hp bapak rega,” lalu ku jawab betul. Ternyata petugas loket memberitahu bahwa mobil akan segera menjemput dikediaman bapak beberapa menit kemudian. Tak lama kemudian mobil tiba tepat di depan rumahku. Aku segera bergegas menuju keluar memastikan apakah yang menjemput adalah mobil yang telah dipesan. Dan betul kiranya, dengan dibantu oleh supir travel aku memasukkan barang-barang bawaan yang hendak dibawa ke bagasi mobil. Sementara istriku turut membantu serta menge-check n recheck barang bawaan si kecil mulai dari susu, pakaian hingga pempers tak ketinggalan. Setelah lengkap semuanya. kemudian kami berpamitan terlebih dahulu kepada tetangga sebelah rumah yang kebetulan mereka ada yang belum mudik. Meskipun Lebaran masih 2 hari lagi, kamipun tetap saling maaf memaafkan dan saling bersalam-salaman. “Kalau ada kesalahan-kesalahan kata baik yang disengaja atau tidak kami mengucapkan تقبل الله منا ومنكم ¤ صيامنا و صيامكم (taqoballahumina mina waminkum.....,minal aidin wal fa idzin mohon maaf lahir & batin, titip rumah ya,” ucapku pada tetangga yang diikuti pula oleh istriku. “Sama-sama,kami juga mengucapkan met lahir dan batin dan hati-hati dijalan,” balas tetanggaku.

o Insiden Kecil di Perjalanan

Sejurus kemudian kami telah berada di dalam mobil, dalam lamunanku rasanya tak sabar aku ingin segera tiba di kampung halamanku. Dalam perjalanan terbayang oleh ku teman-temanku disana, rindu dengan suasana disana, rindu dengan orang tua yang membesarkan ku, rindu dengan sawah tempatku bermain bola, kerbau dan sapi bila pagi sering melintas di depan rumahku. Rindu air kali tempat biasannya aku mandi dan berenang serta memancing ikan. Ooh begitu senang, amat senang dan nikmat serta indahnya suasana tempat ku dibesarkan, Ada yang berubah dan ada yang masih seperti yang dulu sepanjang perjalanan yang aku lewati antara Liwa menuju kampung halamanku. Ketika separuh perjalanan berlangsung, tiba-tiba saja anakku murung tak seperti lazimnya ia senang bersenda gurau, mendadak menjadi murung. Ada yang aneh pada rona wajah anakku, tak nyaman dan benar saja tak beberapa lama kemudian ia muntah-muntah. Dengan sigap istriku langsung melakukan tindakan sesuai naluri perawatnya muncul, maklum istriku sudah terbiasa bahkan sering menangani pasien ketika membimbing mahasiswa/mahasiswinya saat menjadi dosen di salah satu Akper swasta ternama di Bandar Lampung. Sesuai dengan SOP (Standar Operational Procedur) yang harus dilakukan dalam keadaan emergency, tak tampak rasa panic pada raut wajah istriku, sementara aku sendir tak dapat menutupi rasa kepanikan, mungkin karena anak pertama dan tak tau tindakan apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat. Kendaraan masih tetap melaju walau anakku masih dalam keadaan muntah-muntah, sesekali sopir travel menawarkan jasa baiknya untuk berhenti sejenak, namun melihat penumpang disekelilingku, tak sampai hatiku kalau harus berhenti sejenak karena kuatir mengganggu perjalanan penumpang lainnya, siapa tau diantara penumpang ada yang benar-benar mengejar waktu untuk segera sampai ke tempat tujuannya dengan kepentingannya masing-masing. Sejurus kemudian laju kendaraan dipacu dengan lambat mengikuti irama suasana batin kami atau mungkin sopir sendiri memang menaruh iba pada anakku dan alhamdulillah tampaknya ada hasil anakku agak tertolong sudah mulai tenang dan tak muntah-muntah lagi. Mungkin karena reaksi obat yang diberikan istriku pada anak kami atau mungkin juga karena kendaraan tak melaju ngebut mengurangi laju kecepatannya, memang dari pertama jalan sang sopir menjalankan kendaraannya sangat cepat seolah-olah mengejar target waktu agar segera sampai, namun yang jelas anakku sudah mulai ceria kembali dan tak tampak murung di wajahnya.

Tak terasa kira-kira 7 jam perjalanan yang kami tempuh kami tiba di tujuan, pada saat itu jam menunjukkan pukul 21.00 WIB lebih sedikit, kami sekeluarga akhirnya tiba dengan selamat di kampung. “Alhamdulillah ya Allah akhirnya kami tiba di kampung halamanku yang tercinta dengan selamat,” ucapku dengan penuh kesyukuran di dalam hati.
-I Love Full My Village-.

KATA-KATA BIJAK berasal dari Syair Iman Syafi'i
Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang, merantaulah, Kau akan dapatkan pengganti kerabatmu dan kawan.
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.
Syair Iman Syafi'i Be a great Moslem

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Perjalanan Mudik Lebaran by rega

Tips Menghilangkan Rasa Pahit pada Daun Pepaya Ala Orang Tua Zaman Dahulu (Zadul)

JAUHILAH KEBIASAAN MENGUMPAT ATAU MENGGUNJING

Mencari Ridho Allah SWT vs Mencari Ridho Manusia

Akhir Hayat Manusia Ditentukan Oleh Kebiasaannya

PERINGATAN ISRO’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI TPA AL-BAROKAH

Muli Mekhanai dan Duta Kopi Lampung Barat 2015

Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat periode 2012-2017