ADA-ADA SAJA (AAS)



cerita fiksi (khayalan, rekaan)
Raib atau hilangnya suatu barang atau benda berharga atau semi berharga atau barang yang menurut sebagian orang lain sepele tapi tidak buat sebagian lainnya, tentunya hal demikian sangatlah tidak mengenakkan dan menjengkelkan sekali bagi yang mengalaminya karena hal itu akan merepotkan pemiliknya, tersita waktu dan tenaganya hanya untuk mencari dan menemukannya kembali padahal itu bisa dialihkan untuk hal-hal lain yang lebih berguna dan bermanfaat namun tidak dipungkiri setiap orang pastilah pernah mengalaminya, hal itu setidaknya pernah saya rasakan sendiri.

Ceritanya bermula ketika aku mengikuti apel pagi di kantor kami, usai senam aku langsung beranjak ke kantor. Hari ini hari pertama masuk kantor setelah libur akhir pekan (weekend), pagi itu tidak biasanya saya agak malas untuk melepas jaket dari seragam PDH (pakaian dinas harian) yang aku kenakan hingga siang hari menjelang. Rupanya sangat beralasan pasalnya hari itu cuacanya kurang bersahabat, mendung disertai angin. Udara di luar terasa dingin ditambah angin berhembus agak kencang sehingga terasa menusuk-nusuk hingga ke tulang. Dengan situasi dan kondisi yang demikian, tentunya aku malas sekali untuk melepas jaket yang aku kenakan. Cuaca susah untuk di prediksi, ketika pagi cuacanya cerah tiba-tiba menjelang siang hari atau sore hari mendung bahkan terkadang hujan disertai sedikit petir, “Cuaca ekstrem,” demikian orang kebanyakan menyebutnya. Pagi itu saya masih melakukan aktivitas kantor seperti biasa misalnya mengetik surat menyurat dan tugas-tugas rutin lainnya, entah mengapa tiba-tiba ada keinginan kuat mendorongku untuk pulang ke rumah padahal jam masih menunjukkan pukul 10.30 WIB, masih sekitar 1,5 jam lagi istirahat. Perasaan itu semakin lama semakin kuat sekali bagaikan medan magnet menarik besi, mendorongku agar cepat pulang. Padahal sejatinya di rumah tidak ada tujuan maupun kepentingan apa-apa yang sangat urgent disana. Tidak ada firasat macam-macam di benakku selain keinginan kuat untuk segera pulang. Lantas aku memanggil teman sekerjaku untuk minta izin pulang barang sejenak, “Jon saya pulang dulu ke rumah ya, gak lama hanya sebentar,” kata ku kepada Jon. “Tumben masih pagi udah mau pulang pak, emangnya ada pak di rumah?” ujar rekanku balik bertanya. “Iya, gak ada apa-apa tapi entah bapak pengen aja pulang ke rumah,” jawabku singkat. “ Oh gitu ya pak,” kata temanku sembari menganggukkan kepala dengan mimik muka terheran dan penuh selidik.

Singkat cerita aku pulang dan setibanya di rumah aku disambut oleh anakku dengan suka cita pasalnya pagi itu sewaktu hendak berangkat ke kantor anakku menangis sejadi karena ingin ikut ke kantor, kebetulan anakku bersama mbaknya serta teman-teman sepermainannya, yang tinggal disekitar tempat rumahku. Lalu aku langsung masuk ke rumah, segera menuju kamar, mengganti pakaian kerjaku dengan pakaian harian agar aku lebih leluasa bermain dan bercengkerama bersamanya di rumah. Puas bercengkerama, bergumul dengan anakku di rumah, sudah sekitar 1 jam lebih, kemudian aku putuskan ‘tuk kembali lagi ke kantor menyelesaikan tugas rutin yang kebetulan sedang menumpuk. Rupanya ketika hendak memacu sepeda motorku entah kenapa pandangan mataku tertuju ke arah pundak sebelah kiri seperti ada yang aneh dan tak lazim, terlihat sekali kaitan tempat atribut pangkat pakaian PDH-ku terlepas dari kancingnya, menggelewer alias menggantung ke bawah. Lantas aku menoleh ke kanan pundakku, untunglah bagian kanannya masih ada. Ternyata yang hilang hanya bagian atribut pangkat sebelah kiri saja. “ Wah celaka! hilang, apes betul aku hari ini,” demikian jeritku dalam hati. “ Pastilah ini tercecer di jalan,” dugaanku di dalam hati. Tentulahan akan sangat direpotkan untuk mencarinya. Tak menunggu berlama-lama seketika itu juga aku putuskan untuk mencari karena bila dibiarkan berlama-lama kuatir ditemukan pemulung atau petugas kebersihan atau orang lain dianggap tak berguna hanya seonggok sampah yang tak memiliki arti.

Mulailah aku mencari kesana-kemari, dari rute jalan yang pernah aku lalui hingga menuju kantorku. Aku ingat betul hari itu aku tidak pergi kemana-mana, hanya dari rumah menuju lapangan tempat aku apel pagi Senin dan kemudian usai apel aku kembali lagi ke kantor. Sebelum kejadian hilangnya atribut, hari itu di kantor tidak biasanya aku tidak melepas jaketku, baru kemudian di rumah melepaskanya dan dan tak taunya atributku telah hilang sebelah. Walau dengan berjalan kaki aku terus mencari tiada henti, pikirku lebih mudah mencari dengan berjalan kaki daripada mengendarai sepeda motor karena agak sulit untuk secara detail, inci demi inci jalan serta sudut demi sudut jalan yang aku lalui aku telusuri dengan seksama. Namun setelah beberapa jam melakukan pencarian ternyata hasilnya nihil, tambah penasaran saja aku dibuatnya. Padahal sejatinya atribut itu tidak begitu mahal harganya hanya puluhan ribu saja, dan sangat mudah sekali memperolehnya. Hanya dengan merogeh kocek beberapa puluh ribu saja, atribut tersebut dapat diperoleh kembali. Banyak sekali tempat atau toko yang menyediakan barang tersebut, koperasi tempat kami kerja pun juga tersedia. Namun untuk membelinya, aku masih merasa sayang pasalnya untuk membelinya harus sepasang tidak boleh sebelah-sebelah saja, ”Padahal yang aku butuhkan hanya sebelah saja,“ pikirku dalam hati. Jadi sangat mubazir sekali, lain halnya bila yang hilang sepasang, pastilah lain ceritanya, demikian pertimbanganku bila aku membeli barang itu lagi. Harus diakui tanpa atribut itu aku bisa ditegur oleh atasanku karena atribut itu merupakan kelengkapan yang wajib yang harus dikenakan oleh para pegawai di lingkungan kantor kami. Instingku berkeyakinan, pastilah jatuhnya tidak bakalan kemana-mana dan pastilah tidak jauh. Kalau diambil orang rasanya mustahil karena benda itu tidak berguna bagi kebanyakan orang dan pastilah akan di buang ke kotak sampah apalagi barang itu hanya sebelah saja. Saat itu keyakinan ku sangatlah kuat, pasti benda itu dapat aku temukan kembali sehingga aku putuskan untuk mencarinya saja walaupun aku harus berjalan kaki putar sana sini hingga kukorban waktu ku berkutat mencarinya hingga sedemikian seriusnya hari itu aku putuskan izin tidak masuk kantor karenannya.

Namun upayaku ternyata membuahkan hasil juga, tak disangka dan dinyana keesokan harinya ketika aku sedang berolahraga pagi (jogging) di lapangan bola di seputar lapangan pemda, aku berpapasan dengan petugas kebersihan, yang aku yakini pastilah banyak tahu pasalnya bapak tua itu sering terlihat di lokasi tempat yang aku duga hilangnya benda milikku itu, lantas aku beranikan diri untuk menyapa dan bertanya pada petugas kebersihan yang biasa mangkal disitu. Sosoknya sudah tua umurnya sepertinya sudah sekitar kepala 5 atau bahkan mungkin kepala 6 namun masih terlihat sehat, Pak Jamroni namanya (bukan nama sebenarnya, pen) beliau masih bugar dan semangat sekali membersihkan jalanan yang tampaknya merupakan wilayah tugasnya, terbukti di usianya yang tergolong senja masih bertahan menjadi petugas kebersihan, ternyata tanpa diduga bapak tersebut menemukan barang tersebut kira-kira kemarin. “ Pak mohon maaf nih pak mengganggu sebentar, saya mau tanya apakah bapak pernah menemukan atribut lambang pangkat yang tercecer? tapi hanya sebelah saja, kira-kira tercecernya sekitar lapangan itu dan jalan ini hingga jalan kearah kantor saya, hilangya baru kemarin pak,” sambil tanganku menunjukkan arah kantorku berada. “Oh iya benar nak, rupanya kepunyaan kisanak ya? kalau begitu biar saya antar saja ke kantor siang ini, nama bapak siapa dan nama kantornya apa?” tanya bapak tua kepadaku. “ Oh, gak usah repot-repot pak, biar saya ambil sendiri aja,” jawabku. “ Tapi nak barangnya ada di rumah bapak, nanti kisanak tidak tau tempat rumah bapak, jadi biar bapak aja yang mengantarnya ke ke kantor,” ujarnya. “ Oh ya sudah, kalau begitu, nama saya remon bekerja di dinas x, nti kalau dah ketemu kantornya bilangnya aja sama orang disana mana ruangan pak remon pasti nanti diantar langsung oleh kawan-kawan disana,” jawabku meyakinkannya. Mendengar hal tersebut senanglah hatiku ternyata kalau memang masih rejeki nggak bakal kemana pikirku dalam hati. Siang itu aku menunggu bapak tua itu yang janjinya akan datang menemuiku di kantor, namun setelah ditunggu-tunggu berlama-lama hingga jam istirahat tiba tapi tak kunjung tampak batang hidungnya. Akhirnya aku memutuskan istirahat pulang ke rumah namun tak beberapa lama hpku berdering ternyata berasal dari telpon istriku memberitahu bahwa minta dijemput. Lantas aku segera menjemput istriku yang memang kantornya jaraknya tak begitu jauh dari tempatku bekerja. Singkat cerita aku bersama istriku pulang ke rumah. Setibanya di rumah ternyata pembantuku menyerahkan barang yang aku anggap telah raib tersebut, rupanya atribut yang selama ini aku anggap hilang, ternyata ditemukan oleh pembantuku saat sedang menyapu lantai rumah kami. “ Pak apakah ini yang bapak cari-cari kemarin itu ya,” tanyanya kepadaku. “ Oh iya betul sekali tik, kenapa bisa sama kamu,” kataku penuh selidik. “Iya pak saat titik sedang bersih-bersih rumah, titik temukan di kolong mobil-mobilan itu,” katanya sambil menunjuk kearah mobil-mobilan milik anak kami. Rupanya pada saat aku salin pakaian kerja untuk berangkat kembali ke kantor ketika itu, tanpa aku sadari atribut ku terlepas dari kancingnya dan terjatuh di kolong mobil-mobilan itu. Mungkin karena kaitan kancingnya sudah agak longgar sehingga mudah terlepas. Jadi barang yang ditemukan bapak itu milik siapa pikirku berkecamuk? Pastilah itu milik orang lain. Pasalnya rasa penasaranku akibat hilangnya sesuatu barang yang aku anggap berharga itu kini telah terjawab sudah, namun masih menyisakan rasa penasaran lainnya, milik siapakah atribut yang ditemukan bapak tua itu...

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Perjalanan Mudik Lebaran by rega

Tips Menghilangkan Rasa Pahit pada Daun Pepaya Ala Orang Tua Zaman Dahulu (Zadul)

JAUHILAH KEBIASAAN MENGUMPAT ATAU MENGGUNJING

Mencari Ridho Allah SWT vs Mencari Ridho Manusia

Akhir Hayat Manusia Ditentukan Oleh Kebiasaannya

PERINGATAN ISRO’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI TPA AL-BAROKAH

Muli Mekhanai dan Duta Kopi Lampung Barat 2015

Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat periode 2012-2017