AKIBAT KURANG PERSIAPAN (EXTEMPORANEOUS)

cerita fiksi (khayalan) Sungguh peristiwa itu tidak pernah kulupa dan akan kujadikan iktibar (pelajaran)di dalam kehidupan ini. Kejadiannya bermula ketika aku ditawari olah rekan kerjaku menjadi pembaca doa dalam kegiatan resmi di kantor. Maklumlah teman kerjaku yang merupakan sepesialis dalam pembacaan doa, kebetulan pada hari itu mereka tidak masuk kerja sementara cadangan pembaca doa lainnya yang ada di kantor kami pada hari itu juga sedanga sibuk dengan tugasnya kantornya. Praktis tak ada pilihan lain kecuali menerima saja tawaran insidental tersebut karena kuatir mengecewakan rekanku yang memang banyak membantu dalam urusan pekerjaan. Walau dengan berat hati, akhirnya aku terima saja tawaran itu karena jujur harus aku akui aku tak memiliki skill dan pengalaman dalam urusan yang satu itu tetapi kalau bukan karena teman tentulah aku tolak mentah-mentah tawaran tersebut sembari aku tetap berupaya keras mencari orang yang tepat dalam moment acara tersebut, demikian terlintas dalam benakku. Setelah menerima tawaran itu, pertama kali yang aku lakukan adalah segera mencari langsung pembaca doa untuk acara tersebut, rupanya tak begitu lama aku menjumpainya dan memang benar temanku sudah di-contact langsung olehnya tapi ia menolak karena alasan sedang sibuk dengan pekerjaan yang diberikan atasannya pasalnya tugas tersebut harus diselesaikan siang hari itu juga. Aku tidak menyerah begitu saja, aku mencari kembali kesana kemari, kantor demi kantor aku masuki namun yang aku cari tidak kunjung aku jumpai. Akhirnya setelah lelah kesana kemari mencari hasilnya nihil, tidak ada pilihan lain dengan terpaksa aku harus jalani walau bermodalkan nekat tanpa persiapan (extemporaneous) aku beranikan saja untuk melaksanakan tugas mulia tersebut. Segeralah aku mencari buku-buku doa yang ada relevansi dalam acara nanti dan sepertinya tidak menemukan kendala yang berarti akhirnya aku dapati buku doa dimaksud. Namun secara jujur di relung hatiku yang paling dalam ada yang masih mengganjal bimbang apakah aku mampu menjalaninya tidak? Naluri intuisiku tetap tetap mengatakan menolak pasalnya yang akan hadir dalam acara tersebut adalah petinggi (pejabat tinggi) tentulah malu bila tidak ada persiapan yang matang dan tampil dengan pas-pasan karena harus aku akui penunjukannya mendadak 2 jam sebelum acara dimulai lebih-lebih lagi aku tak memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam urusan itu dan jujur pula harus aku akui, aku memiliki sindrom atau phobia kurang percaya diri dan demam panggung bila tampil didepan khalayak ramai. Namun apa boleh buat dalam hatiku, tidak ada pilihan lain selain menerima. Ketika acara dimulai dan kemudian giliran aku dipanggil oleh pembawa acara (mc) untuk membacakan doa pembukaan, awalnya aku masih agak PD namun ditengah-tengah pembacaan sedang berlangsung, tiba-tiba aku tersadar aku salah dalam membaca doa pasalnya buku yang telah aku persiapkan dari rumah tertukar dengan buku doa-doa lainnya dengan sampul atau cover luarnyapun identik sama persis karena setahuku doanya pendek dan tidak terlalu panjang tetapi ketika aku baca kok tak kunjung-kunjung juga selesai. Sontak panik lah aku dibuatnya, seolah-olah bumi yang aku pijak serasa terasa sesak, boro-boro ingin berimprovisasi raut mukaku saja mendadak berubah merah padam, panik, kesal, jengkel, marah, malu, hampir saja aku tak dapat menguasai diriku lagi hingga tak terasa keringat dingin mengucur deras dari dahiku pertanda detak jantungku berdegup kencang tak beraturan, untung saja aku tak sampai pingsan. Akhirnya spontan saja tanpa di luar kendaliku, aku sudahi saja pembacaan doa betapa tidak walau doa yang aku baca masih panjang belum berakhir aku putuskan saja menyudahi pembacaan doa tersebut pasalnya doa yang aku panjatkan tersebut tidak ada relevansinya dengan acara yang sedang berlangsung. Rupanya baru aku sadari setelah kejadian berlalu bahwasannya buku doa yang aku persiapkan itu tertukar dengan buku doa yang sama mirip namun isinya berbeda dan yang parahnya lagi aku tidak menutup doaku dengan salam penutup dan akibat kurang persiapan matang acara menjadi berantakan. Semoga saja pengalaman pahit ini menjadi iktibar dan hikmah tersendiri bagiku dan semoga Allah mengampuni kesalahan dan dosa yang aku lakukan. Amin.

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Perjalanan Mudik Lebaran by rega

Tips Menghilangkan Rasa Pahit pada Daun Pepaya Ala Orang Tua Zaman Dahulu (Zadul)

JAUHILAH KEBIASAAN MENGUMPAT ATAU MENGGUNJING

Mencari Ridho Allah SWT vs Mencari Ridho Manusia

Akhir Hayat Manusia Ditentukan Oleh Kebiasaannya

PERINGATAN ISRO’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI TPA AL-BAROKAH

Muli Mekhanai dan Duta Kopi Lampung Barat 2015

Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat periode 2012-2017