Trip to Bali Island

Trip to Bali

Pengalaman yang mengesankan kunjungan ku ke Bali untuk pertama kali, media banyak menyebutkan pulau tersebut sebagai Pulau Dewata, Pulau Surga, Pulau Seribu Pura, Pula Magis serta sebutan-sebutan lainnya. Entah karena banyak pura-pura atau rumah peribadatan umat Hindu dan destinasi wisata disana sehingga jargon tersebut disematkan kepada pulau tersebut semenjak dahulu. Bahkan akhir-akhir ini Bali dinobatkan kembali dengan gelar baru dari Komite Perdamaian Dunia (WPC) menobatkan Pulau Bali sebagai Pulau Perdamaian.

Kebetulan waktu itu ada kegiatan perjalanan dinas di tempatku bekerja, lokasi kegiatan yang dipillih adalah pulau Bali, tanpa pikir panjang lagi ku sanggupi tugas tersebut, menyelam sambil minum air pikirku dalam hati. Tentunya setelah acara kantor selesai akan aku sempatkan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang cukup terkenal disana, misal pantai Kuta, Sanur, Pura Tanah Lot dan patung GWK dan tempat-tempat menarik lainnya bila waktunya mencukupi.

Hari keberangkatan

Tiba hari keberangkatan, sore itu kami rombongan berlima dari kantor sudah memesan travel yang sama, tujuan Bandar Lampung karena keesokan paginya pesawat sekitar pukul 8-an dari Bandara Raden Intan II Branti akan take off ke Bali setelah transit dahulu di Jakarta. Sebenarnya kami berlima itu satu kantor namun berbeda tujuan, aku bersama 1 orang temanku ke Bali dan sisanya 3 orang ke Semarang namun hari keberangkatan dan kepulangan kami kebetulan saja bersamaan. Awalnya kami masih satu pesawat hanya saja pada saat transit di jakarta kami berpisah karena tujuan kami memang berbeda. Perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta Jakarta ke Denpasar Bali memakan waktu kurang lebih 3,5 jam, kami menggunakan pesawat citi link. Keberangkatan dari Jakarta (Soekarno Hatta) Jam 16:40 WIB. Tiba di bali pukul 19.30 WITA, sudah agak larut malam karena kami transit di Jakarta sekitar 8 jam karena ada delay beberapa kali yang membuat kami bosan dan jenuh menunggu, dan kebetulan juga kami berganti maskapai penerbangan yang awal keberangaktan menggunakan pesawat Lion Air berganti maskapai penerbangan Citi Link.

Menginjakkan kaki pertama kali di Bandara International Bali terasa sekali atmosfir Bali yang cukup khas, mulai dari ukiran-ukiran dan arsitektur bangunan serta bau dupa berasal dari kayu cendana yang dipakai untuk sesaji yang diletakkan di beberapa bagian gedung di bandara mulai terhirup hidung. Malam semakin larut karena kami sempatkan dahulu mampir ke mini market yang ada di bandara untuk membeli perlengkapan serta makanan kecil selama di hotel. Untunglah kami di Bandara International Denpasar kami dijemput oleh agen biro perjalanan wisata yang kebetulan kami menggunakan jasa kebalilagi.com. Biro perjalanan yang sengaja dipilihkan oleh atasan kami, sehingga walau baru pertama kali menginjakkan kaki disana, kami tidak merasa kuatir, takut atau was-was karena kami diservice oleh biro perjalanan tersebut.

Sebelum tiba di hotel kami memutuskan untuk makan malam, kebetulan kami minta dicarikan rumah makan masakan Jawa yang kami anggap menunya menyediakan yang masakan-masakan halal. Usai makan kami segera menuju ke hotel The Harmony Legian yang berada di Jalan Legian 191 Kuta Bali, kami menginap selama 3 malam disana. The Harmony Legian merupakan hotel bintang 3 yang lokasinya berada di Legian yang tak jauh dari lokasi Monumen Ground Zero Bali I (monumen bom bali I) di Jl legian Kuta, tepatnya di Paddy’s Pub dan di depan Sari Club kira-kira 400 M dari hotel tempat kami menginap. Setelah check in di hotel, malam itu tidak aku lewatkan kesempatan untuk keluar malam dengan memakai celana pendek layaknya turis kesasar, he..he, aku sendirian keluar tanpa ditemani kawanku karena dia sudah kecapaian dalam perjalanan sehingga memutuskan untuk istirahat saja.

Berbeda dengan temanku, aku malam itu justru tidak bisa tidur karena penasaran ingin melihat suasana malam di Legian yang sangat riuh ramai, hingar bingar suara musik karena di kawasan tersebut banyak pengujung turis mancanegara dan dipenuhi kafe dan club-club malam bertebaran di sepanjang kawasan tersebut. Jalan Legian Kuta salah satu pusat kehidupan malam di Bali, di sepanjang pinggir jalan banyak terdapat bar, diskotik, restoran, dan hotel. Hampir setiap malam jalan Legian tidak pernah sepi oleh wisatawan manca negara dan domestik yang gemar akan kehidupan malam.

Ada juga beberapa counter Tourist Information yang menyediakan brosur, voucher dan shuttle bus. Selain Tourist Information juga banyak pemuda di pinggir jalan yang menawarkan jasa rental kendaraan, belajar surfing. Beberapa meter melewati Monumen Bom Bali di sebelah ruko Billabong adalah the famous Poppies Lane II. Poppies Lane II adalah jalan kecil satu arah dari Pantai Kuta menuju Legian yang sebenarnya hanya bisa dilalui satu mobil. Sepanjang jalan ini bertebaran motel, hotel, restoran, pub, bar, Circle K, warnet, pembuat tatto dan kios-kios penjual surfing board dan cindera mata. Kita akan serasa memasuki suatu wilayah yang sangat asing terasa pasalnya di mana-mana bertebaran turis bule baik dari Asia maupun Eropa yang berbicara dengan bahasanya masing-masing. Puas berjalan kaki, tak terasa sudah hampir 2 jam aku berjalan sepanjang jalan legian, jam di HP ku telah menunjukkan pukul 12.15 WITA waktu WITA lebih cepat 1 jam dari WIB. Akhirnya aku sudahi saja perjalanan ku malam itu, untuk kembali ke hotel. Karena esok hari, masih banyak agenda perjalanan yang akan dilakukan.

Hari Pertama

Sekitar pukul 07.30 WITA selepas breakfeast di hotel, kami dijemput oleh driver namanya Mas Wahyu, orangnya ramah sekaligus guide (pemandu) kami disana dengan menggunakan mobil yang telah dipersiapkan. Sesuai jadwal kegiatan pagi itu kami mengunjungi Bali Pulina Agrowisata, sebuah agrowisata yang dikemas dengan wisata perkebunan Kopinya, dimana Bali selain memiliki potensi keindahan alam dan adat budaya ternyata memiliki ragam variasi wisata lainnya antara lain di bidang agrowisata perkebunan kopi. Kunjungan ke Bali Pulina Agrowisata Perkebunan Kopi, yang terletak di Jl. Br. Pujung Kelod, Tegalang Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yang dirintis sejak tanggal 12 Januari 2010, memiliki luas sekitar 1,5 ha, akan tetapi baru disahkan pada tahun 2011. Adapun harga tiket masuk bagi pengunjung Rp.100.000,- per orang, harga tersebut telah termasuk 8 jenis varian rasa kopi dan teh diatas dan dapat dipesan secara online melalui website resminya. Kedelapan jenis varian rasa kopi dan teh tersebut adalah lemon tea, ginger tea, ginger coffee, ginseng coffee, chocolate coffee, pure cocoa, vanilla coffee dan Bali coffee disajikan dalam cangkir secara berjajar dalam satu tatakan kayu agar pengunjung dapat menikmati terlebih dahulu sebelum memilih produk mana yang ingin dipesan. Selain mendapatkan kopi juga mendapatkan pisang goreng atau pisang rai (pisang kukus khas Bali) dan keripik nangka.

Di Bali Pulina terdapat 2 jenis hewan luwak yang ditangkarkan, ada yang berjenis injin dan ketan, nama jenis luwak tersebut berasal dari bahasa daerah setempat. Perawakan luwak injin bentuknya kecil agak panjang sedangkan ketan, bentuknya agak besar tetapi pendek. Pemberian makanan kepada kedua hewan ternak yang ditangkar di kandang penangkaran tersebut, jika pagi hari diberikan makanan berupa buah kopi yang sudah merah matang sedangkan jika siang dan malam hari diberikan buah-buah seperti pepaya dan pisang.

Di Agrowisata Bali Pulina tersebut juga melihat proses pembuatan kopi terutama kopi luwak yang diolah masih secara tradisionil. Para pengunjung agro wisata perkebunan kopi ini bisa ikut mencoba memetik buah kopi pada waktu panen, para pengunjung juga bisa mencoba melakukan berbagai tahapan pengolahan kopi yang ada. Setelah bubuk kopi dibuat, para pengunjung dapat langsung menikmati kopi olahan sambil menikmati pemandangan alam dengan suasana perkebunan. Selain tanaman kopi, ada juga kebun coklat, buah-buahan dan berbagai tanaman herbal. Dibuka mulai pukul 07.00 sampai dengan 19.00 WITA. Agrowisata ini dibuat bertujuan untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar serta membantu petani lokal untuk untuk menjual komodiatas kopinya.

Proses pengolahan setelah kotoran luwak yang masih berbentuk biji kopi dibersihkan dari berbagai kotoran, para pekerja akan mengolah biji kopi dengan melakukan roasting kopi secara tradisional dengan menggunakan tungku api dengan kayu bakar. Karena menggunakan tungku dan kayu bakar dipercaya, cita rasa kopi akan semakin meningkat dan menjadikan kualitas kopi menjadi lebih baik. Setelah semua proses selesai, bubuk kopi kemudian dilakukan pengemasan. Hari berikutnya kami masih mengunjungi beberapa agrowisata perkebunan kopi lainnya yang kebetulan lokasinya masih berada di Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan dan sekitarnya.

Ternyata hingga selesai kegiatan yang kami lakukan, kami belum sempat mengunjungi Pantai Kuta dan Sanur yang tersohor itu, patung GWK serta destinasi wisata lainnya karena singkatnya waktu berada disana, tentu yang menjadi prioritas utama adalah menyelesaikan tugas yang dibebankan dari kantor terlebih dahulu namun beberapa bulan dari kunjungan pertama ke Bali. Tak disangka aku mendapatkan kesempatan  kembali mengunjungi Bali atas undangan dari pihak kementerian yang kebetulan lokasinya disana. Tentunya di kunjungan ke-2 ini, kesempatan itu tidak aku sia-siakan untuk mengunjungi Pantai Kuta, Sanur dan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK).(**selesai**).

"/>"/> "/>"/> "/> "/>

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Perjalanan Mudik Lebaran by rega

Tips Menghilangkan Rasa Pahit pada Daun Pepaya Ala Orang Tua Zaman Dahulu (Zadul)

JAUHILAH KEBIASAAN MENGUMPAT ATAU MENGGUNJING

Mencari Ridho Allah SWT vs Mencari Ridho Manusia

Akhir Hayat Manusia Ditentukan Oleh Kebiasaannya

PERINGATAN ISRO’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI TPA AL-BAROKAH

Muli Mekhanai dan Duta Kopi Lampung Barat 2015

Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat periode 2012-2017