Pemkab. Lampung Barat memecahkan rekor Muri dengan “Menyangrai Kopi di Tungku Terbanyak”

Liwa Coffe Festival kemarin, berhasil memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia). Festival yang diikuti 1.000 peserta, tercatat sebagai “Menyangrai Kopi di Tungku Terbanyak” lantaran melibatkan banyak peserta. Perhelatan akbar ini dibuka langsung oleh Bapak Bupati Lampung Barat, Drs. Mukhlis Basri, M.M, di pelataran halaman Kantor Kecamatan Air Hitam, Pekon Semarang Jaya, Kecamatan Air Hitam pada hari Rabu (16/9/2015) kemarin. Acara yang dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada masyarakat guna meningkatkan produksi dan kualitas kopi robusta di Lampung Barat, selain itu juga sebagai ajang promosi dan publikasi kopi robusta Lampung Barat di tingkat nasional maupun global berlangsung cukup meriah dan sukses.

Tampak hadir dalam acara tersebut Bupati Lampung Barat, Wakil Bupati Lampung Barat, Kepala Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten Lampung Barat, Muspida Lampung Barat, Sekda Kabupaten Lampung Barat, Kepala Badan, Kepala Dinas, Kepala Kantor Lingkup Pemda Lampung Barat, Camat se-Kabupaten Lampung Barat, Peratin se-Kecamatan Air Hitam, Peserta Liwa Coffee Festival, Direktur PT. Nestle Lampung, Direktur PT. Indocafco Lampung, serta tim perwakilan Museum Rekor Indonesia (Muri) dari Jakarta.

Acara “Sangrai Kopi 1.000 Tungku” merupakan rangkaian kegiatan Liwa Coffee Festival dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Lampung Barat ke-24 yang jatuh pada tanggal 24 September 2015 pekan depan, dalam kesempatan itu juga dimeriahkan oleh atraksi seni-budaya etnik Lampung Barat. Selain itu masih banyak lagi rangkaian kegiatan dalam memeriahkan HUT Lambar yang telah dimulai dari tanggal 2 September lalu sampai dengan puncaknya pada tanggal 22 September 2015 dan berakhir hingga tanggal 10 Oktober 2015 nanti, dimeriahkan dengan serangkain acara mulai dari lomba olah raga prestasi yakni sepakbola antar kecamatan yang diselenggarakan oleh Asosiasi PSSI Kabupaten Lampung Barat dan non prestasi yaitu olah raga tradisional, trail adventure team, jalan sehat, sepeda santai, sepeda gunung, lomba kreatifitas anak, donor darah, asah terampil antar kelompok tani dan KWT se-Kecamatan Lampung Barat, lomba PBB, serta Liwa Fair.

Dalam sambutannya, Bupati menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat telah berupaya keras dan terus menerus dalam meningkatkan produktifitas kopi robusta melalui berbagai program dan kegiatan baik yang bersumber dari dana APBN maupun APBD serta melakukan pembinaan-pembinaan di tingkat kelompok tani.

Ditambahkannya dalam hal pemasaran kopi, Kabupaten Lampung Barat, pemerintah telah memfasilitasi kemitraan dengan berbagai Eksportir sebagai upaya meningkatkan harga jual biji kopi, dimana harga kopi disesuaikan dengan mutu biji kopi sehingga selalu memperbaiki mutu kopi untuk petani memperoleh harga jual yang lebih tinggi.

Kemitraan antara petani kopi dengan Eksportir merupakan salah satu target kinerja yang harus dicapai oleh pemerintah daerah melalui Dinas Perkebunan. Saat ini tercatat sudah 5 Eksportir yang telah bermitra dengan Kelompok tani di Lampung Barat, yaitu: PT. Nestle Lampung, PT. Indocafco, PT. Louis Dreyfus Commodities, PT. Nedcoffee Indonesia Makmur Jaya dan PT. Armajaro Indonesia. Kelima mitra ini telah membina dan membeli kopi dari Kelompok Tani.

Audit dan Sertifikasi oleh lembaga profesional atas lahan kopi kita, menunjukkan bahwa usaha tani kopi yang kita geluti memenuhi kaidah-kaidah budidaya yang lestari dan berkelanjutan, sehingga penerimaan oleh konsumen diluar negeri akan semakin menguat yang pada akhirnya dapat memperbaiki daya saing produk kopi kita.

Sebagaimana diketahui sejak Tahun 2012 Kabupaten Lampung Barat baru memiliki sertifikat kopi organik satu kelompok yaitu Gapoktan Hulu Hilir di Kecamatan Air Hitam dan tahun 2015 telah bertambah menjadi 3 Kelompok Tani yaitu Gapoktan Krida Mandiri di Kecamatan Air Hitam dan Gapoktan Maju Jaya di Kecamatan Pagar Dewa. Kelompok tani ini adalah kebanggaan kita Lampung Barat karena satu-satunya komoditas perkebunan di Propinsi Lampung yang memiliki sertifikat organik.

Bupati juga mengharapkan melalui acara Liwa Coffee Festival dapat menjadi ajang promosi bagi kopi robusta Lampung Barat agar dapat dikenal lebih luas di tingkat nasional maupun Internasional dan mendorong petani kopi Lampung Barat untuk lebih bersemangat mengembangkan dan meningkatkan produksi dan mutu kopi Lampung Barat yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani agar petani menjadi sejahtera.

Dalam kesempatan itu, Bupati mengucapkan terima kasih kepada peserta atas antusiasme dan keikutsertaannya dalam ajang acara “Sangrai Kopi 1.000 Tungku serta menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada PT. Nestle dan PT. Indocafco atas dukungannya dalam terselenggarannya acara liwa coffee festival.

Berdasarkan pantauan di lapangan, ribuan penonton dan peserta tumpah ruah di pelataran halaman Kantor Kecamatan Air Hitam. Acara yang bertemakan “Bersama Kopi Robusta kita tingkatkan kesejahteraan masyarakat” dibuka dengan tari sembah, tari ini lazimnya digunakan sebagai penyambutan tamu undangan kehormatan yang dilakukan oleh lima penari remaja putri yang mengenakan pakaian khas Lampung. Mereka meliuk-liukan tubuhnya dengan gemulai. Kakinya yang kokoh melangkah ke kiri dan ke kanan mengikuti suara tabahuan gamelan etnik lampung yang mengiringinya.

Kantor Kecamatan berubah menjadi lautan manusia yang diramaikan oleh peserta maupun penonton yang ingin menyaksikan dari dekat acara tersebut. Kehadiran tim Muri dari Jakarta semakin memeriahkan suasana Liwa Coffe Festival tahun ini.

Insiden Mewarnai Saat Berlangsungnya Sangrai Kopi 1.000 Tungku

Usai sambutan Bapak Bupati Lampung Barat dan Laporan Paniti Penyelenggara, barulah acara yang ditunggu-tunggu dimulai namun beberapa menit sebelum acara dimulai Tim dari Muri Jakarta hampir rampung menyelesaikan tugasnya menghitung jumlah tungku yang digunakan untuk menyangrai kopi. Namun diluar dugaan hasil perhitungannya bahwa tungku tidak hanya berjumlah 1.000 saja, ternyata berjumlah cukup fantastis lebih dari 1.000 tungku yakni totalnya 1.049 tungku ada kelebihan 49 tungku. Sungguh pencapain yang spektakuler yang sebelumnya rekor Muri diraih Kabupaten Tabanan Provinsi Bali dengan 735 tungku.

Suara MC diatas panggung telah terdengar memberikan instruksi kepada peserta untuk segera memulai. Tampak peserta sibuk menyalakan kayu bakar ditungku perapian yang diatasnya ada wajan yang terbuat dari tanah liat yang telah diisi oleh biji kopi sebanyak 1 kg, bahan bakarnya menggunakan kayu bakar yang telah disiram dengan minyak solar kemudian disulut dengan korek api agar dapat cepat menyala. Terlihat kepulan asap putih bercampur sedikit hitam yang berasal dari kayu pembakaran mulai membumbung tinggi akibat diterpa angin hingga asap berhembus kesana kemari memenuhi lapangan, praktis peserta terhirup asap yang mengganggu pernapasan,matapun menjadi perih dan berair akibatnya.

Belum sempat hitungan jam tiba-tiba peserta sangrai ada yang mendadak jatuh pingsan, untungnya tidak jatuh tepat mengenai tungku perapian, tak lama kemudian diikuti oleh peserta lain menyusul, suasana menjadi panik pasalnya beberapa peserta lain banyak yang mengalami hal yang sama dalam waktu yang bersamaan, panitia dan petugas dibuat kewalahan. Belum sempat tuntas satu tiba-tiba dari arah lain peserta dan panitia ada yang menjerit meminta tolong untuk segera membawa peserta lainnya yang tak sadarkan diri (pingsan).

Dari informasi yang dihimpun, kebanyakan peserta yang pingsan akibat menghirup asap sehingga susah untuk bernapas lantaran oksigen berkurang pasalnya kepulan asap disana sini memenuhi lapangan tempat peserta melakukan sangrai ditambah lagi suasana terik matahari di siang hari menambah lengkap panas dan sesaknya suasana. Namun ketegangan dapat dikendalikan, berkat kesigapan petugas kesehatan (P3K) UPT. Puskesmas Kecamatan Fajar Bulan dan dibantu petugas medis dari Pusekesmas Pembantu (Pustu) Air Hitam serta panitia acara baik dari Disbun Lam-Bar dan Kecamatan Air Hitam. Suasana sempat menjadi chaos (kacau) akibat banyaknya korban berjatuhan namun tetap terkendali.

Dari pemantaun di lapangan tampak petugas kesehatan dengan dibantu panitia berjibaku bahu membahu mengangkat korban dan segera membawanya ke Posko Kesehatan kemudian petugas dengan sigap melakukan tindakan medis, setidaknya ada sekitar puluhan korban yang mengalami pingsan atau tak sadarkan diri akibat asap dan teriknya matahari saat itu.

Menurut informasi dari petugas kesehatan setidaknya 30-an orang mengalami pingsan dan 2 orang dirujuk ke Puskesamas Rawa Inap Fajar Bulan dengan dibawa mobil Ambulance Puskesmas Fajar Bulan yang telah stand by sejak pagi hari namun informasi terakhir yang didapat bahwa 2 orang yang dirujuk berasal dari Kecamatan Way Tenong dan telah pulang ke rumahnya masing-masing lantaran sudah siuman dengan kondisi sehat, “ Ada sekitar 30-an orang mas yang pingsan, kesemuanya akibat kekurangan oksigen,” kata salah seorang petugas medis.

Persiapan Menjelang Liwa Coffee Festival

Hari itu, masih terbilang pagi, udara dingin bercampur kabut pekat masih menyelimuti tempat sekitar kami berada, pagi itu dari rumah kupacu kendaraan sedikit agak cepat lantaran hendak tiba di kantor segera. Ada janji usai melaksanakan apel Senin pagi dan pengarahan dari pimpinan yang mesti aku tepati bersama rombongan dari kantor tempat ku bekerja untuk mempersiapkan detik-detik hari yang bersejarah yang akan kami capai 2 hari kedepan melalui serangkaian persiapan baik tempat, peralatan, mobilisasi peserta dan lainnya serta tak kalah pentingnya persiapan gladi-gladi kotor dan resik yang akan dilakukakan serta technical meeting untuk mengonsolidasikan dan memantapkan segala sumber daya yang ada, agar supaya pada saat waktunya nanti sesuai dengan harapan. Sejatinya persiapan menjelang hari H sudah berlangsung beberapa bulan sebelumnya namun menjelang detik-detik hari H persiapan lebih dimantapkan kembali.

Tak pelak jaket yang aku kenakan untuk melindungi dari dinginnya cuaca menjadi sedikit lembab lantaran kabut pekat bercampur embun menempel pada jaket dan bagian-bagian muka yang tak tertutup helm seperti pada wajah, alis dan bulu mata terasa berat digerakkan karena menempel bulir-bulir air berasal dari embun. Rasanya sedikit agak berat menggerakkan bulu mata. Pemandangan semacam ini sebenarnya sudah menjadi hal yang biasa setiap pagi hendak berangkat menuju kantor, ibarat makan sudah menjadi sarapan pagi kami disini. Udara pagi bercampur kabut, mau tidak mau terhirup, perlahan tapi pasti sedikit demi sedikit masuk ke rongga terasa dingin menyejukkan namun cukup menyesakkan dada, jarak pandang kami hanya beberapa radius beberapa meter saja akibat terhalangi oleh pekatnya kabut.

Ditambah suhu dingin terasa menembus tulang pasalnya di daerah kami bahkan di seluruh wilayah Indonesia sedang mengalami hal yang sama yaitu musim kemarau yang sudah beberapa bulan belakangan ini tidak juga kunjung hujan. Meskipun hujan sudah pernah turun di sebagian tempat namun masih bersifat lokal belum merata di seluruh wilayah, praktis bila malam menjelang pagi hari, suhu udara bertemperatur cukup dingin dibandingkan hari-hari biasa saat musim penghujan. Hanya butuh waktu 15 menit akupun tiba disana, rupanya teman-teman sudah ramai disana menunggu. Menurut informasi dari BMKG yang aku dapatkan perkiraan musim kemarau agak panjang bila dibandingkan tahun lalu dan puncak kemarau di Lampung Barat diprediksi terjadi pada bulan November dan suhu udara tahun ini berkisar 15, 4 ° C sampai dengan 28 ˚ C dibandingkan tahun lalu yang bertemperatur relatif tinggi 18 °C saja karena dampak terjadinya el-nino. Sangat wajar sekali tahun ini di tempat kami tinggal lebih dingin dibandingkan tahun lalu. Bahkan mungkin seluruh Indonesia sedang mengalami musim yang sama.

Tepat pukul 11.30 WIB, kami bersama rombongan panitia lainnya telah berada di dalam mobil yang akan membawa kami ke lokasi, rencana awal kami akan menginap selama 2 malam namun karena sesuatu hal, kami putuskan untuk tidak jadi menginap ditunda keesokan harinya lantaran logistik yang berada di kantor belum semuanya rampung karena sebagian belum terangkut semua. Iring-iringan kendaraan mulai melaju secara konvoi.

Sekitar pukul 13.00 WIB bersama rombongan kami mampir sejenak untuk makan siang di restauran Fajar Bulan. Setelah rehat makan dan shalat Zuhur kemudian rombongan melanjutkan kembali perjalanan. Mulai dari Liwa hingga memasuki Kecamatan Air Hitam ada pemandangan yang berbeda dibandingkan hari-hari biasa, spanduk ucapan selamat datang terpampang besar di beberapa sudut jalan, pagar-pagar rumah milik warga dihiasi apik dengan umbul-umbul nan cantik dan menambah meriah suasana, layaknya ada pesta demokrasi yang dipusatkan ditempat tertentu biasanya lapangan sepabola misalnya, namun melihat dari spanduk yang terpampang barulah kita menyadari bahwa akan ada acara besar disana beberapa hari lagi. Ini merupakan rangkaian acara HUT Lampung Barat yang ke-24 yang akan jatuh pada tanggal 24 September 2015 nanti.

Hujan Membasahi Bumi yang dikenal sebagai salah satu sentra Kopi dan Gula Aren Lampung Barat

Usai penyerahan piagam penghargaan dari Muri kepada Bapak Bupati Lampung Barat, Bapak Sekretaris Daerah Lampung Barat serta Bapak Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Lampung Barat, ternyata masih ada acara lainnya yang tak kalah penting yaitu pemilihan pemenang lomba sangrai dan seduh terbaik yang merupakan penghujang acara yang menandai berakhirnya acara Liwa Coffee Festival. Adapun pemenang dalam lomba sangrai yang diikuti 15 Kecamatan se-Lampung Barat adalah Kecamatan Air Hitam memperoleh predikat terbaik pertama, Kecamatan Sumber Jaya terbaik kedua dan terbaik ke-3 diraih Kecamatan Way Tenong. Pemenang terbaik pertama, kedua dan ketiga berhak mendapat tropy dan uang pembinaan. Sementara untuk katagori seduh terbaik diraih Kecamatan Kebun Tebu, Kecamatan Gedung Surian Juara kedua, dan Belalau Juara ketiga.

Kira-kira pukul 13.45 acara selesai, tak lama kemudian tampak langit diatas Kecamatan Air Hitam yang tadinya cerah lambat laun mendadak mendung pertanda hari akan hujan. ketika panitia sedang memberesi peralatan dan perlengkapan di lokasi yang menjadi arena sangrai 1.000 tungku tak disangka hujan rintik-rintik mulai turun kemudian semakin lama intensitasnya semakin deras. Ada sekitar 20-an menit hujang turun cukup deras. “Alhamdulillah hujan jadi turun dan semakin deras aja, mudah-mudahan hujan merata sampai di Liwa juga,” ujar temanku berharap. Terlihat senyum mengembang menghiasi rona wajah orang-orang disekitarku, pantas saja karena mereka rupanya adalah penduduk setempat dan anak-anak serta famili mereka ada juga yang berada disana. “Di Air Hitam sudah lama gak turun hujan mas, sudah sejak sebelum puasa kemarin hingga hari ini, dan bersyukur sekali hari ini hujan benar-benar terjadi dan cukup deras,” ucapnya riang.

Rasanya terbayar sudah persiapan panjang dan melelahkan namun nyatanya tidak sia-sia pasalnya acara berjalan sesusai dengan harapan, lebih-lebih rasa syukur bertambah lagi dengan adanya hujan deras yang mengguyur bumi Kecamatan Air Hitam yang dikenal sebagai salah satu sentra Kopi Robusta dan Gula Semut ini, seakan melengkapi kebahagian dan rasa syukur kami. “Alhamdulillah Ya Allah yang telah memudahkan segala urusan hingga acara dapat berjalan sukses dan lancar tanpa kendala dan rintangan yang berarti,” doaku dalam hati. Tak terasa hari telah menjelang sore, hujanpun berangsur reda, kamipun bergegas pamitan pulang menuju Liwa yang merupakan Ibukota Kabupaten Lampung Barat, tempat dimana kami tinggal. Sekian

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Perjalanan Mudik Lebaran by rega

Tips Menghilangkan Rasa Pahit pada Daun Pepaya Ala Orang Tua Zaman Dahulu (Zadul)

JAUHILAH KEBIASAAN MENGUMPAT ATAU MENGGUNJING

Mencari Ridho Allah SWT vs Mencari Ridho Manusia

Akhir Hayat Manusia Ditentukan Oleh Kebiasaannya

PERINGATAN ISRO’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW DI TPA AL-BAROKAH

Muli Mekhanai dan Duta Kopi Lampung Barat 2015

Pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat periode 2012-2017